Cerita Pendaki Tersesat Di Alam Gaib Selama 3 Hari
![]() |
Cerita Mistis di Gunung Malabar |
Gunung Malabar mempunyai ketinggian 2.343 mtr. di permukaan laut, tidak begitu tinggi memang. Beberapa puncak yang yang lain berada di Pegunungan Malabar ialah Puncak Mega, Puntang, dan Wangian.
Cerita Mistis Tersesat 3 Hari di Gunung Malabar
Gunung Malabar dapat dilakukan sepanjang empat jam pendakian. Tetapi, grup pendaki ini memiliki cerita gaib dijaili sehingga masuk ke dunia gaib dan mendaki sepanjang 3 hari tiga malam.
Cerita ini diupload oleh account Facebook Apriandhika pada tengah bulan kemarin. Dia bersama 5 orang temannya mendaki Gunung Malabar di Jawa Barat pada Kamis, 20 Juni 2019 dan tidak menduga mereka turun di hari Minggu, 23 Juni 2019.
Apriandhika pergi ke Gunung Malabar bersama Agan, Adul, Irgi, Kipot, dan Amad. Mereka mendaki gunung ini setelah melakukan Shalat Maghrib dan pada awal pendakian telah dikasih tahu jika gunung ini masih menyeramkan.
Pendakian diawali kira-kira jam 19.00
Kendaraan telah diparkirkan, logistik telah ditambahkan dan carrier telah diatur ulangi. Mereka juga pergi dengan penanda aneh pertama yaitu ada anjing hitam yang menggonggong terus-terusan tetapi tidak diacuhkan.
Penanda ke-2 yang tetap didengar ialah suara besi yang dipukul bersahutan. Itu satu keganjilan sebab mereka ada jauh dari pemukiman sampai pada akhirnya berjumpa muda-mudi di tengah-tengah hutan tetapi tidak diacuhkan juga.
Lalu, sampai juga mereka di Pos 1. Fenomena mulai nampak saat Apriandhika menyaksikan sosok makhluk warna putih dalam suatu pohon besar, dan dengannya tidak ingin memikir lebih.
Usai istirahat, mereka meneruskan perjalanan. Kunang-kunang jadi penanda aneh selanjutnya sebab mereka berada di jalan setapak menyinari perjalanan mereka dan ada suara motor.
Gurau tawa dari anggota grup pendakian membuat situasi menakutkan jadi teralihkan. Tetapi permasalahan serius pertama tiba.
Mulai salah jalan
"Sesudah beberapa lama berjalan dari Pos 1, kami semua mulai kepanikan pada jalan setapak yang mulai bercabang bersamaan hutan yang makin lebat dan rapat. Anehnya antara kami berenam, Irgi, Amad, dan Adul pernah mendaki gunung ini seringkali awalnya, tetapi mereka berasa ketidaktahuan pada jalan yang kami lewati ini," tutur Apriandhika.
Mujur, mereka tidak cemas. Itu ialah kunci khusus saat berada di alam liar, dapat menahan diri dan malam hari membuat navigasi menjadi lebih susah, apa lagi tidak menggunakan alat GPS yang ideal.
Mereka lagi berjalan, berjalan, dan berjalan dalam kegelapan hutan yang lebat. Suara pukulan besi dan motor yang dihidupkan tidak merapat menjauh, masih kedengar terang oleh mereka, walau sebenarnya telah 2-3 jam mendaki.
Perjalanan pendaki Gunung Malabar telah termasuk jauh disaksikan dari waktu pendakiannya. Lampu kepala atau headlamp juga menurun dan mereka harus mengubahnya dengan senter dari handphone.
Mereka sama-sama merendam rasa mistik supaya tidak memunculkan kecemasan dan membuat situasi makin menakutkan.
"Menurut Irgi, Adul dan Amad yang pernah seringkali mendaki ke Gunung Malabar, perkiraan pendakian ke puncak paling lama ialah empat jam bila mulai berjalan dari Daerah Cidulang, tempat kami memercayakan kendaraan," Apriandhika.
Dia menyaksikan arloji dan waktu telah memperlihatkan jam 21.00. Fenomena tiba datang kembali saat Apriandhika menyaksikan sinar yang disangka ada pendaki lain, bukan, itu ialah batu besar sesudah dikunjungi dengan 1/2 lari.
Dari sana, grup Apriandhika dapat menyaksikan beberapa lampu rumah di bawah sana dan bulan purnama taburan bintang. Mereka lumayan lama stop di situ sampai ada berbau belerang sama telur busuk merusak sendau canda.
"Aneh, walau sebenarnya Gunung Malabar bukan Gunung Volcano atau Gunung Berapi dan tidak mempunyai Kawah atau Kaldera," kata Apriandhika.
Suara motor dan kunang-kunang masihlah ada. Mereka mau selekasnya sampai Pos 4 di mana akan jadi tempat kemah saat sebelum sunrise attack, tetapi tidak juga diketemukan.
Pos 2 dan 3 tidak diketemukan barisan pendaki Apriandhika. Mereka berjalan kembali telusuri hutan yang mempunyai jalan setapak bak lorong-lorong sebab tumbuhan menyebar di kiri kanan atasnya.
Satu waktu mereka anggap telah tiba di Pos 4, tetapi itu salah sebab tidak ada penanda plangnya. Sampah salah satunya anggota ketinggalan sebab salah menduga, tetapi Apriandhika berkemauan mengambilnya waktu turun.
Jam 24.00 tetapi Pos 4 tidak dijangkau. Suara motor dan pukulan besi telah lenyap, kunang-kunang masihlah ada.
Gurauan barisan pendaki Gunung Malabar ini mulai lenyap. Tetapi ada suara meminta rokok kedengar terang dan mereka meremehkan lalu meneruskan perjalanan dengan skema berpegangan dengan tas keril semasing.
Salah satunya anggota Apriandhika lakukan penandaan jalur dengan menanamkan tongkat kayu di tengah jalan setapak lalu meneruskan pendakian. Betul saja, mereka berputar di lokasi yang sama dari sore hari.
"Kami serempak duduk pada tempat itu dan mulai berdoa dengan disertai rasa yang campur baur. Kami terduduk lumayan lama, cemas, takut, dan resah. Bingung harus meneruskan perjalanan atau kembali pulang," Apriandhika.
Dia lalu merekomendasikan berjalan naik dibanding ke bawah. Berdoa dalam hati, mereka mengharap mendapati Pos 4 dan tidak jalan memutar-mutar kembali.
Hingga sampai di Pos 4, pos paling akhir saat sebelum puncak
Tidak diduga, disertai doa, 15 menit selanjutnya pendaki Gunung Malabar ini lalu sampai di Pos 4 diikuti pelat besi terpasang di pohon besar. Mereka kecapekan, ini kejadian istirahat sesaat dan langsung ada yang tertidur dan ada yang membuat makanan sampai membuat perapian di sana.
Ujian tidak stop di situ, mereka masih dipantau penunggu Gunung Malabar, ada sosok kakek-kakek dan ada kemunculan wanita berpakaian putih sampai wanita dengan muka hancur. Beberapa pendaki ini juga tidak tenang dan segera meneruskan ke puncak usai makan dan berdiskusi kira-kira 1/2 jam.
Jam 02.00 mereka ke arah puncak Gunung Malabar dari Pos 4 dan mujur cuman ada jalan tunggal. Perjalanan masih menakutkan masih bersambung, tetapi mujur tidak ada masalah fisik.
Terowongan kembali dilewati pendaki ini tetapi kesempatan ini seperti kelompok pohon bambu kuning. Dan saat melaluinya ada suara wanita dan mereka dengar semua.
Mengucapkan syukur, vegatasi seterusnya telah terbuka. Mereka percepat cara. Mereka telah dekat sama puncak tetapi kali terhambat oleh jalan buntet sebab kehadiran batu besar.
Mereka lalu menerabas menuju kiri. Rupanya sesudah turun dijumpai jika tidak ada batu besar dan jalan yang dilalui ialah tepi jurang yang sangat dalam.
Hingga sampai di Puncak Malabar 02.37
Pendaki Gunung Malabar ini juga pada akhirnya meraih puncak. Mereka sampai jam 02.37 dan membuat perapian.
Dari puncak Gunung Malabar, beberapa pendaki tidak lagi dengar suara yang mengusik kunang-kunang. "Kami berasa puncak gunung ini ialah tempat paling aman dari semua sisi gunung dan hutan yang sudah kami lalui beberapa jam lama waktunya," kata Apriandhika.
Mereka sampai tidak membangun tenda karena sangat lelahnya, cuman diadakan. Jam 08.45 mereka turun Gunung Malabar dan mengenali jika jalan yang dilalui tadi malam ialah jalan buntet tetapi malahan dapat melalui secara lancar dan kebalikannya.
Datang di Pos 4 mereka stop sesaat. 15 menit selanjutnya mereka datang di batu beraroma belerang. Walau sebenarnya tadi malam mereka harus tempuh perjalanan 3-4 jam untuk meraih dari batu sampai Pos 4.
Mereka tidak pernah melalui terowongan dari pohon-pohon seperti waktu melalui pada malam awalnya. Paket sisa cemilan juga tidak diketemukan.
Jam 10.00 mereka datang di perkebunan dan berjumpa masyarakat lokal. Sama, mereka bertanya darimanakah dan sesudah tahu dari puncak Gunung Malabar menjelaskan ngotot sekali ke tempat menyeramkan.
10.15 sampai di basecamp Gunung Malabar
15 menit selanjutnya pendaki ini datang di Daerah Cidulang tempat memercayakan sepeda motor. Saat berkunjung di warung, mereka mengetahui jika puncak Gunung Malabar disebutkan Puncak Besar.
Awalnya, pemilik warung menceritakan jika ada dua peristiwa gantung diri di situ. Waktu salah satunya rekan Apriandhika ngomong akan pergi Shalat Jumat, pemilik warung bingung dan menanyakan naik pada hari apa.
Selanjutnya tersingkap jika mereka telah di atas Gunung Malabar sepanjang 3 hari tiga malam. Mereka ketidaktahuan sebab menganggap mendaki cuman tadi malam saja.
"Lalu saat smartphone Saya dinyalakan, rupanya sang bapak yang berbicara jika hari itu ialah telah hari Minggu betul. Di smartphone saya telah memberikan jika hari itu ialah hari minggu tanggal 23 Juni 2019," tutur Apriandhika.
Oleh pemilik warung, beberapa pendaki ini dibawa ke rumah orang pandai di tempat. Disebutkan orang itu jika mereka selamat sebab ingin berdoa pada kondisi salah jalan.