Sejarah Gunung Ciremai dan Jalur Pendakian Yang Wajib Diketahui

Sejarah Gunung Ciremai dan Jalur Pendakian Yang Harus Diketahui - Gunung Ceremei kerap beberapa orang salah mengerti dalam tulisan atau penyebutannya jadi Gunung Ciremai ialah Gunung Berapi Kerucut yang secara Geografis posisinya ada di 2 kabupaten, yakni kabupaten majalengka dan kabupaten kuningan. Gunung ini termasuk juga dalam gunung api aktif type A. Minimal, Gunung Ciremai sudah aktif semenjak tahun 1600 masehi.

Sejarah Gunung Ciremai dan Jalur Pendakian Yang Wajib Diketahui

Gunung Ciremai mempunyai ketinggian 3.078 mdpl di atas laut dan adalah gunung paling tinggi yang berada di Propinsi Jawa Barat.

Dipucuknya ada dua kawah yang setiap sama-sama berpotongan. Kawah barat yang semakin besar sedikit terpenggal oleh kawah timur yang lebih kecil. Selanjutnya bila kita lihat, di ketinggian 2.900 MDPL di lereng sisi selatan, ada sisa letusan yang umum dikenali dengan panggilan Gowa Walet.

Untuk capai pucuk Gunung Ciremai ada banyak jalur yang bisa kamu pakai yakni: jalur Dusun Palutungan, lajur Dusun Linggarjati, Lajur Dusun Apuy, dan yang paling muda ialah jalur Dusun Linggasana. Oke langsung kita mulai dengan riwayat gunung ciremai di bawah ini.

SEJARAH GUNUNG CIREMAI

Nama Gunung Ciremai sesungguhnya ialah ‘Ceremai', tetapi warga kerap salah menduga dan terlatih menyebutkan ‘Gunung Ciremai' sampai sekarang ini. Nama gunung ini berawal dari nama tumbuhan semacam perdu yang bernema ‘Cereme.' Penamaan itu berawal dari pemerintahan penjajahan waktu itu (Belanda) karena jumlahnya tumbuhan cereme yang ada disitu.

Gunung Ciremai terhitung dalam angkatan ke-3 gunung api yang berada pada zone Bandung. Menurut Situmorang (1991) gunung ini mulai tercipta kurang lebih 7.000 tahun lalu. Letusan Gunung Ciremai terdaftar pertama kalinya pada 3 Februari 1698. Saat itu, letusan akhir kali yang dari gunung ini berlangsung 81 tahun lalu, atau persisnya di tahun 1937.

Ciremai adalah satu dari beberapa ratus gunung api yang berbentuk cincin api (ring of fire), atau satu jejeran gunung aktif dengan skema melingkar yang melingkari Samudra Pasifik. Tetapi bila dibanding dengan Gunung Merapi, Ciremai terhitung gunung yang diketahui ‘kalem' serta sedikit menimbulkan kerugian warga sekelilingnya. 

Bagaimana tidak, dalam kurung waktu 400 tahun akhir, cuman sekitar tujuh letusan yang disebabkan oleh gunung ini tanpa ada data yang jelas berkenaan korban jiwa. Sesaat Gunung Merapi sudah mengakibatkan beberapa ribu korban jiwa cuman dalam kurung waktu 130 tahun.

SEJARAH LETUSAN GUNUNG CIREMAI

Gunung Ceremai terhitung gunungapi Kuarter aktif, type A (yaitu, gunungapi magmatik yang aktif sejak tahun 1600), dan berupa strato. Gunung ini adalah gunungapi soliter, yang dipisah oleh Area Sesar Cilacap - Kuningan dari barisan gunungapi Jawa Barat sisi timur (yaitu jejeran Gunung Galunggung, Gunung Guntur, Gunung Papandayan, Gunung Patuha sampai Gunung Tangkuban Perahu) yang berada pada Zone Bandung.

Ceremai adalah gunungapi angkatan ke-3 . Angkatan pertama adalah satu gunungapi Plistosen yang berada di samping G. Ceremai, selaku kelanjutan vulkanisma Plio-Plistosen di atas bebatuan Tersier. Vulkanisma angkatan ke-2 ialah Gunung Gegerhalang, yang saat sebelum roboh membuat Kaldera Gegerhalang. Dan vulkanisma angkatan ke-3 pada saat Holosen berbentuk G. Ceremai yang tumbuh disamping utara Kaldera Gegerhalang, yang diprediksi berlangsung pada seputar 7.000 tahun lalu (Situmorang 1991).

Letusan G. Ceremai terdaftar semenjak 1698 dan akhir kali berlangsung tahun 1937 dengan selang waktu istirahat terpendek tiga tahun dan paling panjang 112 tahun. Tiga letusan 1772, 1775 dan 1805 berlangsung di kawah pusat tapi tidak memunculkan kerusakan yang bermakna. Letusan uap belerang dan tembusan fumarola baru pada dinding kawah pusat berlangsung tahun 1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 - 7 Januari 1938 berlangsung letusan freatik di kawah pusat dan sela radial. Tebaran abu capai wilayah selebar 52,500 km bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Di tahun 1947, 1955 dan 1973 berlangsung gempa tektonik yang menempa wilayah barat daya G. Ciremai, yang diperhitungkan terkait dengan susunan sesar berarah tenggara - barat laut. Peristiwa gempa yang menghancurkan beberapa bangunan di wilayah Maja dan Talaga samping barat G. Ceremai berlangsung tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya berasa sampai Dusun Cilimus di timur G. Ceremai.

CERITA RAKYAT DI GUNUNG CIREMAI

Menurut legernda yang dipercayai oleh warga seputar, kabarnya di pucuk Gunung Ciremai ada satu kerajaan dengan ratu penyihir. Ratu itu mempunyai pengetahuan yang sakti mandraguna, hingga kerap membuat warga takut. Nama ratu itu ialah Nini Pelet, seorang penyihir dengan saluran pengetahuan hitam yang tersohor di Jawa Barat.

Sejarah Gunung Ciremai dan Jalur Pendakian Yang Wajib Diketahui

Tidak hanya ratu yang tersohor, di daerah itu ada seorang petapa sakti namanya Ki Buyut Mangun Tapa. Kesaktian Ki Buyut Mangun Tapa cukup populer, tetapi, tidak seperti Nini Pelet yang beraliran ilmu hitam, dia memanfaatkan ilmunya untuk kebaikan dan membantu sama-sama. Menurut alkisah, Ki Buyut Mangun Tapa menulis satu kitab yang ada bermacam mantra sakti. Kitab itu namanya ‘Mantra Asmara.'

Kitab tempat simpan beberapa pengetahuan yang dipunyai oleh petapa sakti itu banyak diharapkan oleh beberapa orang, tidak kecuali Nini Pelet. Dengan kesaktian pengetahuan hitam nya, Nini Pelet pada akhirnya sukses merampas Kitab Mantra Asmara yang ada ajian ‘Jaran Goyang.'

Jaran Goyang ialah satu mantera yang dikenali baik untuk melelehkan hati musuh tipe. Dengan mantera itu, Nini Pelet bisa menggait sekutu untuk lakukan kejahatan. Ki Buyut Mangun Tapa sendiri jadi risau karena diambilnya Kitab Mantra Asmara, dia takut kitab itu akan datangkan musibah bila digunakan oleh orang yang keliru.

Pada akhirnya, untuk merampas kembali Kitab Mantra Asmara, Ki Buyut Mangun Tapa mengutus seorang siswanya yang namanya Restu Singgih. Dia diperintah untuk bertandang ke Nini Pelet dan merampas kitab sakti mandraguna yang sudah raib dan dibawa oleh penyihir jahat tersebut. Dimulailah cerita perjalanan Restu Singgih ke arah pucuk Gunung Ciremai. Cerita di antara Nini Pelet dan ajian ‘Jaran Goyang' ini sempat ditayangkan melalui seri drama radio di tahun 1980-an.

JALUR PENDAKIAN GUNUNG CIREMAI
Sejarah Gunung Ciremai dan Jalur Pendakian Yang Wajib Diketahui

Puncak gunung Ceremai bisa diraih lewat banyak jalur pendakian. Jalur pendakian itu mencakup Dusun Palutungan dan Dusun Linggarjati di Kab. Kuningan, dan Dusun Apuy di Kab. Majalengka. Ada satu jalur pendakian baru yakni lewat Dusun Linggasana di Kec. Cilimus, Kab. Kuningan. Jalur di Dusun Linggasana yang dibuka tahun 2010 gampang dijangkau sebab masih satu rute jalan raya dengan lajur di Dusun Linggarjati. Jalur pendakian lain adalah lewat Dusun Padabeunghar di tepian Kuningan dengan Majalengka di utara. Di kota Kuningan ada barisan pencinta alam "AKAR" (Anak Kuningan Alam Rimba) yang bisa menolong sediakan bermacam info dan pemanduan berkenaan pendakian Gunung Ceremai.