Cerita Akhir Pengalaman Mistis Gunung Gede Pangrango Part 4
![]() |
Kisah Akhir Pengalaman Mistis di Gunung Gede- Pangrango |
Kisah Akhir Cerita Pendaki Pengalaman Mistis Gunung Gede Pangrango Part 4 | Cerita Pendaki - Seperti umumnya, kami juga istirahat dan beberapa foto. Langit yang mendung beralih menjadi ceria kembali. Puncak Pangrango terlihat nampak terang.
Jam telah memberikan jam 4 sore, saat sebelum berjumpa dengan gelap. Kami memutuskan untuk turun ke arah Kandang Badak karena esok harinya kami akan summit ke Puncak Pangrango.
Kami share pekerjaan, ada yang ngambil air, membangun flysheet dan membangun tenda. Tidak perlu waktu yang lama, 2 tenda berdiri kuat. Kami bergiliran masuk untuk tukar pakaian dan membenahi isi tenda.
Sekalian menanti gantian, gua bersihkan kaki dan semua tubuh yang kotor di sumber air. Dingin. Serupa air es. Saat usai dan mengambil langkah kembali ke tenda, ada di belakang gua tbtb ada suara tertawa kecil "hehehe". Berasa ganjil, gua langsung lari masuk ke tenda, lalu tukar pakaian.
Sesudah tukar pakaian, gua meminta temenin ke Rama untuk bikin tali jemuran, kebenaran beberapa pakaian kami kotor dan sedikit basah. Gua pasang tali jemuran di bawah flysheet supaya kalaulah kelak hujan bisa terlindung.
Tali juga sukses gua pasang, pakaian yang kotor dan basah gua jemur, begitu juga dengan Rama. Sesudah semua kelar, baru gua ingin masuk tenda, Rama tibatiba ngomong, "Kalau kelak malem terjadi apa-apa kembali, langsung bangunin gua ya". Hati sudah mulai gaenak, gua iya in. Lantas masuk di tenda.
Dengan tersisa logistik yang masihlah ada, kami mengolah. Ahmad mulai rasakan sakit kembali di kakinya. Gua memerintahnya untuk minum obat penurun ngilu. Pada akhirnya kami rasakan situasi tenang kembali.
Jam 8 kami makan dan ngobrol-ngobrol rileks. Tidak lama hujan turun, cukup deras. Kedengar suara kelompok pendaki yang baru sampai dan membangun tenda. Gua upayakan janganlah sampai tidur begitu larut, karena esok kami harus bangun jam 4 pagi untuk summit ke Puncak Pangrango.
Sesudah bercakap ngalor ngidul, kami memilih untuk tidur. Waktu itu jam 10 malam. Skema tenda tetap sama dan gua tidur ditengah-tengah. Lampu tenda dimatikan. Kami tidur.
Utas akan gua tuntaskan esok, minta maaf ya, smg sehat selaluSmiling face with 3 hearts
Gua berulang-kali terjaga karena hujan lebat di luar tenda. Sukurnya, gaada beberapa hal aneh yang gua rasain. Gua tertidur kembali. Seputar jam 2, gua lagilagi terjaga karena haus. Gua duduk, minum lalu berbaring, coba tidur.
Saat seperti nyaris 1/2 tidur, tibatiba semua tubuh gua dingin bukan main, diikuti pusing yang berat. Gua coba tetep merem. Sampai akhirnya, kaki gua terasanya keram gabisa digerakin benar-benar, digeser sedikit saja sakitnya bukan main. Rasanya seperti patah.
Karena gakuat, gua membuka mata dan rupanya ada figur wanita duduk di atas kaki, benar-benar ngedudukin kaki gua. Mulut terasanya dilakban, gabisa teriak sama sekalipun. Tangannya seperti meraba-raba badan gua, kukunya panjang. Mukanya berlumuran darah. Matanya melotot menuju gua.
Gua coba gerak-gerakin tubuh, gabisa. Kawan-kawan gua yang lain masih tidur, gak keganggu sama sekalipun. Figur itu masih duduk di atas gua. Gua benar-benar ketakutan. Kaki terasanya patah, sakit sekali kalau digerakin.
Ahmad nampak duduk dan mengolah air sesampai kami di tenda. Kakinya juga telah cukup lebih baik. Kami segera mengolah, mengabiskan logistik yang sisa. Kami berganti-gantian mengepak beberapa barang yang ada di dalam tenda.
Usai mengolah dan makan, kami juga segera membereskan tenda. Langit terlihat mulai mendung. Selekasnya kami harus turun saat sebelum hujan mengguyur. Pada akhirnya seputar jam 4 melalui, kami turun, ke arah Basecamp Cibodas. Perkiraan turun sekitae 2-3 jam, track relatif agak miring.
15 menit kami berjalan turun, hujan juga turun. Tidak begitu deras, kami segera menggunakan jas hujan. Jalur Cibodas populer landaina, sedikit track yang terjal, tetapi condong semakin lama jarak tempuhnya. Kami terus berjalan.
Rupanya kami terpisah jauh, kesempatan ini gua berdua dengan Fajri ada paling depan, kami berdua memilih untuk menanti di pos kandang batu. Sesampai disitu, kami rasakan udara yang kurang nikmat, kami berasa ada langkah kaki yang turun tetapi tidak juga sampai.
Awalannya gua anggap Rama dan yang yang lain, rupanya gaada siapa saja, kami juga memilih untuk meneruskan perjalanan ke arah Shelter Air Panas yang ada dibawahnya. Tidak sampai 5 menit kami datang di shelter itu.
Kami menanti kembali Rama dan yang lain. Tetapi, suara cara barusan masih kedengar. Ditengah-tengah suara gerimis hujan, cara barusan kedengar cukup keras. Sesudah dialog dengan Fajri, gua memutuskan untuk selalu turun.
Dari shelter air panas ke arah pos batu kukus 3 kami harus melalui jembatan di atas air panas yang cuman terbatasi dengan seutas tali webing. Bila terpeleset, automatis kami akan tercebur di dalam jurang berisi air panas. Gua ada dimuka, berjalan perlahan-lahan menjejaki batu-batuan.
Tibatiba Fajri memerintah gua untuk berjalan bisa lebih cepat, ia terlihat sedikit resah, gua iya kan, kami terus berjalan sampai hingga di Pos Batu Kukus 3, hujan tetap turun cukup deras. Tetapi, sesudah dipikirkan, kami memutus untuk selalu berjalan sampai Pos 1 saat sebelum basecamp.
Kami berdua terus berjalan, melalui Pos Batu Kukus 2 dan 1 selanjutnya Rawa Denok 2 dan Rawa Denok 1, seputar 1/2 6 kami juga datang di Pos Rawa Panyangcangan, persimpangan ke arah air terjun cibereum dan basecamp.
Kami istirahat sesaat, minum dan tiduran di pos. 1/2 jam kami menanti, Rama dan yang yang lain belum juga tiba. Walau sebenarnya kami jalan tidak begitu cepat. Sesudah dialog dengan Fajri, kami memilih untuk berjalan kembali ke arah Pos Telaga Biru.
Perjalanan ke arah telaga biru telusuri jembatan kayu yang didukung dengan beton coran. Cukup banyak, beton itu berlubang. Karena gelap, kami berdua memakai headlamp untuk menyinari jalan.
Kami jalan perlahan-lahan, menghindar jalan yang berlobang. Diperjalanan ke arah telaga, kedengar suara saluran air yang cukup deras. Awalannya kanan kiri seperti rawa, selanjutnya beralih menjadi hutan yang lebat. Sekalian bercakap, kami terus berjalan maju.
Ingat tenda, Fajri selanjutnya menceritakan peristiwa kenapa ia dan Rama merengkuh gua saat peristiwa malam ke-2 di Pos Kandang Badak. Sesungguhnya, Fajri menyaksikan figur wanita duduk di atas kaki gua, menurut dia figur tersebut seperti ingin bawa gua turut dengan figur wanita tersebut.
Tetapi karena sangat takut menyaksikan figur itu, Fajri pilih berpura-pura tidur. Sampai di saat figur itu raib, Fajri pada akhirnya dapat bernafas lega dan meneruskan tidurnya. Fajri juga menghirup bau busuk dan ia kecewa mengapa gua justru ngotot keluar tenda.
Saat gua teriak, ia juga langsung menggugah Rama dan merengkuh gua. Rama yang ngomong untuk meluk dan gotong gua masuk di dalam tenda. Ucapnya, gua seperti diambil oleh figur itu.
Beda hal dengan Huda dan Agi, mereka berdua rasakan masalah saat ada di dalam tenda. Saat malam pertama dan ke-2 , mereka berdua sebenernya gabisa tidur nyenyak, mereka dengar bisikan-bisikan dan seakan ada yang mainkan outer tenda mereka.
Dengar cerita keduanya. Kita cuman dapat ketawa dan ambil maknanya. Kesolidan barisan memang dibutuhkan saat ada bermacam jenis bahaya. Sesudah makan dan beberes, seputar jam 10 malam, angkutan desa tiba untuk mengantar kami kembali ke arah rumah Ahmad.
Lalu, kurang dari jam 12, kami juga sampai. Gua segera mandi dan bebersih, tubuh lengket-lengket, nyaris 4 hari belum mandi. Kemudian, kami beli makanan buat kami makan saat sebelum tidur.
Esok harinya, kami ber-6 memilih untuk pulang. Agi, Huda dan Rama pulang ke Sukabumi, sedang Gua, Ahmad dan Fajri balik ke Bandung. Pendakian edisi Gede Pangrango sukses dan tinggalkan bermacam cerita menarik.
Sama seperti yang sudah gua catat diawalnya. Utas ini mempunyai tujuan sebagai pengingat untuk kita supaya selalu waspada dan selalu jaga norma dimana saja kita ada. Aktivitas di luar ruang memiliki bermacam keadaan yang tidak bisa kita perkiraan awalnya.
Kerja sama team dan komunikasi antar anggota jadi penting karena menyokong bermacam permasalahan mendatang nanti. Sama-sama menentramkan, berpikir tenang dan memperkuat psikis keduanya adalah kunci dalam keberhasilan satu aktivitas.
![]() |
Cerita Pengalaman Mistis Pendaki Gunung Gede Pangrango |
Mudah-mudahan utas ini bisa berguna dan melipur. Terima kasih ke yang sudah setia menanti dan membaca utas ini dari awalnya sampai akhir. Mudah-mudahan, ditengah-tengah pandemi wabah ini, kita selalu diberi segalanya yang bagus oleh-Nya. Cerita pendakian Gunung Gede-Pangrango, TAMAT.
Sumber:
Ryan
@efekkiranti
Apr 11, 2020