Sejarah Gunung Cikuray - Tempat Para Petapa Yang Penuh Misteri

Misteri dan Sejarah Gunung Cikuray Sejak Ribuan Tahun Lalu | Cerita Pendaki - Gunung selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi manusia. Ketinggiannya, keindahan alam, dan cerita-cerita unik bahkan mistis mampu membuat kita penasaran. Salah satunya adalah gunung Cikuray.

Sejarah Gunung Cikuray - Tempat Para Petapa Yang Penuh Misteri
Sejarah Gunung Cikuray

Gunung yang berada di kabupaten Garut, Jawa Barat ini memiliki daya tarik yang sangat kuat. Gunung tertinggi keempat di Jawa Barat ini menjadi langganan para pecinta alam untuk melakukan pendakian. Gunung bertipe B ini memiliki ketinggian 2.821 MDPL dan menyajikan pemandangan yang tak kalah indah bila dibandingkan dengan gunung-gunung lain yang terdapat di Jawa Barat maupun di Indonesia. 

Dikatakan tipe B, karena gunung tersebut belum pernah meletus atau bahkan tidak dapat ditemukan catatannya mulai tahun 1600, meskipun klasifikasinya gunung berapi. Selain keindahan yang dimilikinya, ternyata gunung ini menyimpan pula cerita yang patut kita ketahui.

Gunung Cikuray: Tempat para Pertapa

Sejumlah naskah kuno yang ditemukan, menyebutkan bahwa gunung Cikuray pada masa lampau disebut sebagai gunung Larang Srimanganti. Disebutkan pula bahwa konon di abad ke-17, di lereng gunung terdapat sebuah tempat yang bernama Mandala, yang merupakan sebuah tempat pemukiman bagi para Pendeta serta menjadi tempat untuk mempelajari berbagai macam ilmu. Selain itu, pada masa ini pula lah Mandala dijadikan tempat kegiatan menulis dari kerajaan Padjajaran. 

Beberapa bukti yang menguatkan adalah berupa penemuan naskah lontar Sunda Kuna yang ditemukan disekitar area gunung tersebut oleh Raden Saleh sekitar tahun 1856 dan kemudian diserahkan ke Bataviaasche Genootschap (atau yang kemudian saat ini dikenal sebagai Museum Nasional Jakarta). Naskah lontar Sunda Kuno ini dapat ditemukan dalam Kropak no.410 dengan tulisan: Carita Pakuan naskah Raden Saleh, Pantun Sunda pada daun lontar, yang ditulis oleh Kai Raga.

Sejarah Gunung Cikuray - Tempat Para Petapa Yang Penuh Misteri

Kai Raga merupakan pertapa yang diyakini mendiami gunung Larang Srimanganti, ia juga disebut rajin menulis. Tokoh Kai Raga sendiri pernah coba diteliti oleh C.M. Pleyte, seorang kurator dari museum Belanda pada tahun 1914. Dalam penelitiannya pada tahun 1904 yang langsung datang ke gunung Cikuray, ia meyakini Kai Raga yang menyerahkan naskah-naskahnya kepada Raden Saleh adalah cucu Kai Raga yang merupakan pimpinan kelompok keagamaan, dimana letak pertapaannya adalah di lereng gunung Cikuray. Namun, jejak keberadaan dari cucu Kai Raga ini tidak dapat ditemukan mulai dari tahun 1865, maka Pleyte kemudian beranggapan bahwa ia telah meninggal dan tidak memiliki keturunan.

Saat ini naskah-naskah tulisan tersebut serta peninggalan sejarah lainnya seperti, Tombak, keris, lonceng yang terbuat dari perunggu, Trisula, senjata milik Prabu Siliwangi yaitu Kujang, Tulisan Jawa kuno yang ditulis oleh Prabu Kian Santang diatas daun nipa dan daun lontar serta benda-benda peninggalan lain yang terkait gunung Larang Srimanganti dapat kita temukan di Cagar Budaya Ciburuy, Kecamatan Cigedug, Garut, Jawa Barat. Cagar Budaya Ciburuy ini adalah peninggalan jaman Prabu Siliwangi dan anaknya Prabu Kian Santang. Dalam kawasan cagar budaya ini masyarakat yang mendiami daerah sekitar Cagar Budaya biasanya mengadakan upacara Seba, yakni upacara syukuran kepada Prabu Siliwangi dan Prabu Kian Santang sebagai tokoh yang dianggap memiliki ilmu serta kemampuan yang tinggi. Upacara ini biasanya diadakan hari rabu minggu ketiga di bulan Muharam. 

Selain upacara Seba, upacara pencucian keris juga dilakukan oleh penduduk setiap tanggal 1 Muharam. Sebagai daerah cagar budaya, dimana dipercaya disekitar kawasan ini adalah tempat suci maka terdapat pantangan yang harus dipatuhi, yaitu tidak ada yang boleh memasuki wilayah ini pada hari Jumat dan Sabtu.

Sejak abad ke-19, kawasan gunung Cikuray berubah menjadi perkebunan teh. Perkebunan teh yang terkenal adalah perkebunan Waspada, perkebunan teh ini dikelola oleh K.F. Holle. Holle adalah seorang warga Belanda, dimana ia memberikan jasa yang sangat besar bagi pembangunan kota Garut di masa lampau. Tahun 1857, Holle ditunjuk untuk menjadi pengurus perkebunan teh Waspada di Panembong. Kemudian pada tahun 1866-1889 Holle menjadi administratur di perkebunan teh Waspada, perkebunan teh yang dikelolanya berkembang pesat sehingga memicu pembangunan rel kereta api di selatan kabupaten Garut. Tidak hanya mengembangkan perkebunan teh, Holle turut pula memberikan kontribusinya dalam bidang pendidikan pertanian kemudian melakukan beberapa inovasi di bidang kebudayaan dan pertanian. Holle merupakan sosok Belanda yang sangat fasih berbahasa Sunda. Hal ini yang membuatnya menjadi sangat akrab dengan warga Sunda dan disebut sebagai sahabat pribumi. Dalam bidang kebudayaan Holle juga memberikan pengajaran kepada istri-istri petani dan pegawai di perkebunan, yang melahirkan batik dengan corak batik garutan. 

Jasa besar Holle terhadap Garut kemudian diabadikan dalam bentuk tugu peringatan berbentuk obeliks yang berdiri pada tahun 1899. Namun pada masa penjajahan Jepang patung tersebut kemudian dirubuhkan, akhirnya tugu untuk mengenang jasa Holle kembali di dirikan di kawasan perkebunan teh Cisaruni yang dulunya merupakan tempat dimana Holle memimpin.

Misteri Gunung Cikuray

Selain keindahan alam dan cerita hebatnya di masa lalu, gunung Cikuray juga menyimpan cerita mistis. Sama seperti gunung-gunung lainnya, kisah-kisah seperti hilangnya pendaki menjadi cerita yang cukup sering didengar di gunung Cikuray, sehingga menjadikan gunung ini disebut angker. 

Cerita yang paling diingat adalah hilangnya Reni pendaki asal Tangerang pada tahun 2009. Saat itu dalam perjalanan turun dari puncak Reni mengalami kehausan dan kelelahan yang mengakibatkan teman-temannya turun ke bawah berusaha mencarikan air untuk Reni. Namun ketika mereka kembali ke tempat Reni menunggu, Reni sudah tidak ada lagi disana. Pencarian terhadap Reni dilakukan namun tidak membuahkan hasil. Berbagai spekulasi terkait hilangnya Reni bermunculan, mulai dari dugaan Reni terjatuh dari tebing hingga hantu penunggu gunung Cikuray membawa Reny.

Sejarah Gunung Cikuray - Tempat Para Petapa Yang Penuh Misteri

Selain itu cerita mistis juga terjadi pada masa jaman perang kemerdekaan. Tahun 1947-1949, gunung Cikuray menjadi tempat gerilya bagi para tentara untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Kisah ini ditulis oleh Kolonel Purnawirawan Muhammad Rivai, dalam bukunya berjudul Tanpa Pamrih-Kupertahankan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dalam bukunya tersebut ia menceritakan bahwa  selama memimpin pasukan bergerilya di dalam hutan ada beberapa kejadian mistis yang terjadi. 

Ceritanya bermula ketika ada beberapa pasukan yang membandel nekat mencari dua buah benda yaitu “rotan wulung” dan “cincin wulung” di sekitar makam eyang Suropandji, untuk mendapatkan kedua benda tersebut mereka kemudian melakukan pemujaan pada malam jumat. Konon barangsiapa yang memiliki kedua benda tersebut maka mereka akan memiliki kesaktian. Setelah melakukan ritual sejumlah pasukan tersebut kemudian mengalami kesurupan. Melihat kejadian itu Kapten Rivai (pangkatnya saat itu) menjadi marah dan langsung menendang kaki para prajuritnya, sehingga kemudian mereka menjadi sadar.

Itulah sejarah dan beberapa kisah mistis yang ada di gunung Cikuray. Terlepas dari kisah-kisah mistis yang ada, percaya dan berdoa pada Tuhan adalah kunci terbaik. Selain itu perlu diingat bahwa gunung Cikuray menyimpan banyak keindahan alam yang dapat kita nikmati. Semoga kita dapat mengambil sisi positifnya dan membuang sisi negatifnya.