Cerita Pendaki Cantik Menaklukkan Gunung Rinjani
Cerita Pendaki Wanita Menaklukkan Gunung Rinjani - Tanggal 10 Mei 2018, saya mulai perjalanan dari rumah jam 17.30 memakai ojek online, mengapa ojek online? Karena menurutku itu alternatif paling singkat saat harus ke arah lapangan terbang di jam beberapa orang pulang kantor, dan lebih bagus rileks di lapangan terbang menanti waktu penerbangan daripada harus cemas di jalan karena waktunya minim.
Benar saja kan pergi sore saja sudah ¼ perjalanan saya harus kembali lagi ke rumah karena ada satu tas yang ketinggalan dan memang harus dibawa, karena didalamnya dompet, pengisi daya, camera dan lain-lain (Rutinitas jelek yang selalu berulang-ulang saat Travelling).
Dan datang di lapangan terbang sekitaran jam 20.17 malam, dan masihlah ada kesempatan cukup lama untuk tunggu penerbangan ke Lombok. Ohya dari Jakarta saya pergi sendiri, karena semua team telah menanti di Lombok. Begitu juga danes dan adit.
Sekitaran jam 23.45 saya datang di lapangan terbang Lombok, dan langsung berjumpa dengan danes dan adit. Tetapi kenyataannya saat kami ber3 telah kumpul di lapangan terbang Lombok team dari Tur Travel tidak ada yang datang untuk jemput kami, saat adit mengontak via whatsapp, dari faksi Tur Travel ngomong akan datang di lapangan terbang pada jam 00.30 karena ada masalah pada mobil yang bakal dipakai untuk jemput kami saat itu.
Datang pada jam 00.57 kami ber3 pada akhirnya berjumpa dengan team Tur Travel, kami dan team ke arah desa sembalun memakai mobil memiliki enam orang dan carrier, saya, danes, adit, pak supir, 1 team panitia, dan 1 nya kembali peserta asal Singapore yang waktu itu kami jemput di salah satunya pemondokan dekat lapangan terbang Lombok.
Perjalanan dari lapangan terbang Lombok ke arah desa sembalun di menempuh lebih kurang 2 jam 45 menit dengan memakai mobil dan lancar, keadaan jalanan yang dilewati juga condong benar-benar sepi (kemungkinan karena larut malam kali ya) dan jalannya juga telah beraspal semestinya jalanan kota.
Saat mulai masuk wilayah desa sembalun, jalanan condong tanah kering, banyak batu besar, jalanan hancur kronis, dan cukup curam, membelok. banyak perternakan masyarakat, kiri kanan perkebunan masyarakat, dan benar-benar gelap karena benar-benar tidak ada pencahayaan sejauh jalan masuk desa sembalun. Cuaca sembalun saat malam hari juga condong dingin.
Kami datang di pemondokan jam 03.51 pagi, nyaris subuh. Mengapa di pemondokan? Mengapa tidak di basecamp sembalun? Gatau saya terkejut, ku pikir kami akan berkunjung di basecamp sembalun, rupanya kami diberikan sarana untuk istirahat di salah satunya pemondokan yang dikontrakkan oleh masyarakat lokal di desa sembalun.
Paginya saya dan danes bangun jam 06.13 dan segera mandi, mempersiapkan makan pagi pagi, dan packing ulangi. Usai itu, kami segera menyiapkan diri untuk berdoa bersama-sama dan mengawali pendakian.
Start pendakian jam 07.32 pagi, kami keseluruhan dalam kelompok ada delapan orang. Saya, danes, adit, team panitia dua orang, peserta dari Singapore satu orang, dan porter team dua orang.
Pagi itu kami ber3 (saya, danes, adit) baru dikasih tahu oleh faksi Tur Travel, jika satu hari saat sebelum kami datang di Lombok rupanya semua peserta yang turut dalam pendakian ini kali, telah trackking lebih cepat persisnya mereka trackking pada tanggal 10 mei, dengan kelompok sejumlah 12 orang, salah satunya peserta sejumlah delapan orang, team panitia dua orang, dan porter team dua orang. Dan di saat kami baru ingin mengawali pendakian status kelompok pertama kali telah berada di pos 3 gunung rinjani ucapnya, karena malam pertama umumnya pendakian memang selayaknya camp di pos 3 dahulu saat sebelum berlanjut ke plawangan sembalun.
Kembali lagi ke awalnya pendakian, jarak menempuh dari desa sembalun ke arah pos 1 gunung rinjani di menempuh sama waktu sekitaran 2 jam 40 menit dengan jalan normal. Sebetulnya dapat naik ojek sampai pos 2, Hanya kami menampik, karena agar rasakan perjuangan dari titik 0 (demikian tahu rupanya jauh sekali langsung nyesel se-nyesel nyeselnya).
Datang di pos 1 jam 09.51, stop 5 menit yang lalu kami lanjut jalan kembali. Untuk jalur dari desa ke arah pos 1 condong agak miring, belum masuk hutan, medan tanah kering dan batu kerikil. Dengan view savana yang warna rumputnya nyaris keseluruhnya coklat (karena kami tiba saat sedang musim kemarau). Saat sebelum datang di pos 1 kami di menyambut dengan kuda-kuda liar yang bergabung cari makanan rumput disekitaran jalur ke arah pos 1, oleh karena itu sering banyak juga kotoran kuda sejauh jalur ke arah pos 1 dan pos 2, karena memang jalur yang kerap di lewati oleh kuda-kuda liar itu.
Betul saja kata rekan temanku yang pernah ke Rinjani, jika di sini panasnya sudah bukan terik kembali, tetapi nyelekit! Sumpah panas sekali gaboong! dan bodohnya saya benar-benar gapakai sunblock atau suncream (karena lupa bawa), dan semacamnya . Maka pancaran cahaya matahari langsung nusuk sekali ke kulit, dan benar saja baru sampai pos 1 kulit sudah gak rata alias belang. Saya saranin jika ingin ke sana mending gunakan sunblock, pakaian dan celana lengan panjang, dan topi yang jika dapat nutupin muka dari pancaran cahaya matahari, kacamata.
Jalan sedikit dari pos 1 ke arah pos 2, akan disongsong dengan jalur yang masuk hutan, jalur lewat hutan tidak berlama-lama, karena kemudian langsung disongsong kembali dengan jalur yang viewnya sama dengan saat sebelum masuk hutan. Jarak menempuh dari pos 1 ke arah pos 2 (-+) 35 menit dengan tempo cara yang normal, di jalur ke arah pos 2 ada sumber air persisnya di bawah jembatan. Sesampai di pos 2 ada tempat seperti gajebo yang umum digunakan untuk istirahat sesaat oleh beberapa pendaki saat sebelum meneruskan perjalanan ke arah pos 3, di pos 2 ini telah ada bangunan baru yang berdiri, kami waktu itu tidak tahu bangunan akan jadi apa nanti ketika telah sah berdiri dan usai dibangun. Di pos 2 ada juga yang jualan jajan, seperti mie instan, minuman, dan lain-lain. Tetapi harga mahal.
Dan untung kami makan siang dengan nasi buntel yang dibelikan porter saat di bawah, nach di sini mulai kelihatan banyak bule yang mendaki di gunung rinjani, bahkan juga dapat di ngomong lebih banyakan wisatawan nya daripada pendaki lokalnya.
Usai makan siang, kami meneruskan perjalanan ke arah pos 3, dan di sini kami berasa pendakian yang sebenarnya, karena track yang mulai naik, terus naik, nyaris jarang-jarang mendapati agak miring, jalur menguasai track tanah dan kadang-kadang ada track yang berbatu kerikil, waktu itu kami berasa matahari pas berada di atas kepala kami. karena sangat panasnya, jarak menempuh dari pos 2 ke arah pos 3 -+ 2,5 jam, dan tenaga mulai terkuras banyak.
- Perjalanan ke arah POS 3
Sesampai di pos 3, kami stop sesaat, bercakap-cakap dengan pendaki yang lain, dan tentunya tidak berjumpa dengan kelompok kami yang telah menginap di pos 3, kata bapak yang jualan, kelompok kami yang telah menginap terlebih dahulu di pos 3 telah meneruskan perjalanan ke plawangan sembalun dari jam 10 pagi ucapnya. Di pos ini, bukit penyesalanpun kelihatan terang, dengan kemiringannya yang terjal.
Semestinya kami membangun tenda di pos 3, sama seperti seperti pendaki lainnya, karena umumnya perjalanan di rinjani ialah 4 hari 3 malam, tetapi kami justru terus meneruskan perjalanan supaya bisa camp di plawangan sembalun dan berjumpa dengan kelompok kami yang pertama.
Sesudah pos 3 kami diketemukan dengan 7 bukit penyesalan, betul saja ada. Bukit itu betul-betul buat menyesal, di titik pendakian ini aku juga mulai rasakan "Kangen sekali sama masakan mama di dalam rumah". Frustasi sekali karena memang gak usai selesai ngelewatin bukitnya. Dan jam 17.27 saat matahari mulai memberinya pertanda ingin menukar hari dengan malam, kamipun masih cukup dan benar-benar jauh untuk dapat sampai di plawangan sembalun.
Sesudah lewat jalur dengan gelapnya malam, temperatur yang dingin, dan terjalnya track batu-batuan. Kami datang di plawangan sembalun jam 20.11 malam. Sesudah -+ 12 jam kami jalan dari titik awalnya pendakian, pada akhirnya kami semua dapat bergabung dengan peserta dan panitia yang lain, dan porter yang telah mempersiapkan makan malam kami saat itu.
Beberapa ribu bintang di rinjani terpajang terang, rinjani menyongsong kami dengan situasi yang semarak karena banyak pendaki yang membangun tenda saat itu di plawangan sembalun. Sesudah makan malam dan bergabung dengan peserta yang lain, tidak berasa waktu memberikan jam 22.25 malam, kami juga segera tidur untuk mempersiapkan fisik saat sebelum lakukan summit.
Sesudah istirahat -+ 1,5 jam, jam 00.05 kami menyiapkan diri untuk summit attack. Waktu itu tubuh rasanya ingin hancur seremuk-remuknya, ya bayangin saja. Selayaknya pendaki malam pertama camp di pos 3, tapi kami bablas sampai plawangan sembalun, dan istirahat cuman 1,5 jam, lalu lanjut summit kembali yang sudah tentu akan melelahkan ekstra. Tetapi gapapa, kami masih tetap menysukuri perjalanan yang kami lewati waktu itu.
Pas jam 01.30 kami mengawali pendakian ke arah puncak, mulai dengan summit attack di jam begitu menurut kami sangat kesiangan, karena umumnya bila ingin memperoleh sunrise di puncak jalan semenjak jam 00.00 sebagai opsi yang akurat.
Jarak menempuh untuk kepuncak dari plawangan sembalun yakni 6 jam normal. Dengan track yang tetap naik dan tidak memberinya interval agak miring sedikitpun buat kami yang melaluinya, track dengan batu kerikil lembut, yang jika kita naik 1 cara, akan melorot kembali ke bawah. Waktu itu kami sampai di puncak jam 08.31, keseluruhan perjalanan kami ke arah puncak 7 jam, karena sempat tertidur di jalur karena ngantuk yang sangat tidak dapat di tahan kembali. Sunrise ada saat kami ada di jalur saat sebelum leter S, jalur di mana titik paling membuat kami frustasi dan nyaris berserah. Tetapi saat kami ber3 ingin berserah, saya danes dan adit sama-sama mengingati dan memberikan semangat keduanya, di sini pertemanan kami berasa sangat mengagumkan kebersama-samaannya. Karena kami ber3 keduanya sama rasakan hal sama, kekurangan makan, kurang istirahat, dan memperoleh servis yang mengagumkan buat tenaga kami habis tidak sisa.
Sesampai di puncak, saya sendiripun telah gatau harus berbicara apa, Hanya dapat nangis karena terharu sekalian berbahagia menyaksikan semua jenis ciptaan tuhan dan perjuangan yang menurut kami benar-benar tidak percuma. Di puncak kami semakin banyak terduduk diam, menyaksikan keelokan disekitaran, sampai lupa untuk mendokumenkan event cantik bersama rekan.
Peserta yang lain mulai turun satu-satu, kami memutuskan untuk turun di bagian paling akhir, karena masih ingin nikmati puncak sekalian terlibat perbincangan dengan pendaki lain.
Track saat turun dari puncak ke arah plawangan sembalun sebagai event paling asyik, karena lajurnya yang medannya lebih gampang di lewati saat turun daripada naik.
Jarak menempuh dari puncak ke arah plawangan sembalun sekitaran 3 jam, jauh berbeda sekali ya sama naik hahaha. Sesampai di plawangan sembalun kami segera makan siang, santai riang bersama peserta, dan kami memilih untuk menginap kembali di plawangan sembalun, semestinya kami meneruskan perjalanan turun ke danau sagara anak, dan menginap disitu. Tetapi apa daya, angan hanyala angan, bahwasanya kami justru nikmati malam paling akhir kami di rinjani dengan tidur di plawangan sembalun, apalagi kami tidak ingin ambil risiko. Untuk memforsir tenaga kami kembali sesudah dari puncak untuk selalu jalan ke danau sagara anak.
Malam saat itu saya semakin banyak habiskan waktuku untuk terlibat perbincangan dengan danes dan adit, dengan beberapa panitia dari team Tur Travel, porter yang selalu ramah pada kami. sedang peserta? Mereka punyai aktivitas masing-masing dalam tenda.
Esok harinya kami menyiapkan diri dan membenahi beberapa barang untuk segera turun ke bawah, lewat jalur sembalun kembali. Jarak menempuh saat turun tentunya bisa lebih cepat dari di saat naik, untuk dapat sampai di pemondokan sembalun memerlukan waktu -+ 6,5 jam. Itu juga karena kami break benar-benar lama di pos 2, dan benar-benar tidak naik ojek untuk turun dari pos 2 ke bawah nya.
Sampai di bawah pas adzan maghrib, dan mengucapkan syukur dikasih kesehatan serta keselamatan mulai dari sampai turun kembali, dan dikasih keteguhan dan kesabaran ekstra untuk hadapi realita yang paling benar-benar tidak sesuai harapan saya, danes, dan adit. cuaca rinjani yang paling ceria, sampai kami tidak di siram hujan sama sekalipun.
- Keseluruhan kelompok saat itu ada 20 orang :
Peserta : 10 orang
Panitia : tiga orang
Mitra kerja-sama : tiga orang
Porter : empat orang
- Perkiraan waktu:
Lapangan terbang Lombok - Sembalun : 3 jam
Desa Sembalun - pos 1 : 1 jam 45 menit
Pos 1 - pos 2 : 35 menit
Pos 2 - pos 3 : 2,5 jam
Pos 3 - pos ekstra : 1 jam 30 menit
Pos ekstra - plawangan sembalun : 2 jam 15 menit
Plawangan sembalun - camp tempat : 15 menit
Camp tempat - puncak : 7 jam
Puncak - plawangan sembalun : 3,5 jam
Plawangan sembalun - desa sembalun : 6,5 jam
- Perkiraan ongkos
Pesawat Jakarta - Lombok : 1.270.000 (belinya minim karena itu mahal)
Porter / hari : 200 - 300rb
Simaksi : 5000/ hari
Ojek sembalun - pos 1 : 60rb (pilihan)
Credits: Vania Irwanti