Kronologi Lengkap 2 Pendaki Hilang Di Gunung Merbabu, Bertahan Hidup Di Dalam Jurang
Cerita 2 Pendaki Hilang Di Gunung Merbabu, Bertahan Hidup Di Dalam Jurang | Cerita Pendaki -Angga Wahyu Setiawan (16), pendaki Gunung Merbabu yang dievakuasi Team SAR, Selasa (16/5/2017) sore tempo hari, menceritakan bagaimana ia dan Inggil Pangestu (16), partnernya, dapat bertahan hidup sepanjang 2 hari di jurang sedalam 400 mtr. di tempat Watugubuk, Gunung Merbabu.
Pendaki asal Ngentak, Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, ini akui bertahan hidup dengan minum air dari sumber disekitaran Watugubug. Simak juga: Satu Pendaki Gunung Merbabu Diketemukan di Jurang Sedalam 400 Mtr. Saat mendaki, pemuda dengan tinggi 175 cm dan berat tubuh 70 kg ini menggunakan switer hitam, celana jins biru dan kenakan sepatu. Sedang Inggil, yang mempunyai bentuk dan berat tubuh lebih kecil dari Angga, menggunakan kaos hitam lengan panjang warna putih, sandal gunung dan celana jins hitam panjang. "Supaya tidak kedinginan, saya tutup kaki dan tangan memakai rumput," kata Angga.
Angga yang ketahui partnernya ada di dasar jurang, pilih bertahan sekalian mengharap ada pendaki yang lain lewat hingga ia dapat minta bantuan. Peroleh info, ide dan insight di e-mail kamu. Daftarkan e-mail Karena handphone Angga jatuh hingga ringkas ia tidak dapat berbicara dengan beberapa temannya yang terpisah. "Saya pilih masih tetap menanti ia (Inggil) di atas. Sempat menangis," katanya. "Saya cuman dapat mengawasi perubahan Inggil dengan berteriak
Bila ia menyahut, memiliki arti ia masih aman," ucapnya. Saat sebelum salah jalan jauh, ke-2 nya sebetulnya telah usaha mencari jalur pipa air yang ke arah perkampungan paling akhir, yaitu di Desa Tekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan. Tetapi karena tidak memahami medan dan cuaca berkabut, satu dari mereka jatuh ke jurang. "Rupanya lajurnya buntet, dan Inggil jatuh ke jurang," kata Angga.
Koordinator Basarnas Pos SAR Surakarta, Amin Yahya, ke beberapa pendaki memberi pesan supaya selalu memprioritaskan keselamatan dengan tingkatkan kesiagaan, tersedianya logistik dan pengetahuan survival hingga sanggup bertahan di dalam keadaan yang berlebihan.
"Yakinkan logistik aman dan cukup pengetahuan mengenai survival, hingga bila terjadi peristiwa yang tidak diharapkan bisa bertahan hidup semakin lama," kata Amin.
Info yang dicatat di satu helai kertas putih itu sebagai catatan sukarelawan namanya Manggala yang didapat dari info beberapa pendaki yang telah sukses turun gunung. Disebut, pada Minggu (14/5/2017) sekitaran jam 13.00 WIB, kelompok pendaki yang terdiri 12 oarang, yaitu Dion, Faiz, Wahyudi, Harise, Rizal, Faisal, Wili, Agung, Diky, Bayu, Inggil dan Angga jalan ke "helipad" untuk cari mata air. Karena tidak memperoleh air, mereka jalan ke pemancar dan kelompok stop dalam suatu batu besar.
Selanjutnya kelompok pendaki asal Ngentak, Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, ini istirahat pada tempat itu. Tetapi dua pendaki, yaitu Inggil Pangestu (16) masih tetap jalan ke pemancar diikuti Angga Wahyu Setiawan (16). Tidak lama kemudian, sepuluh pendaki jalan dan sampai di pemancar, tetapi Inggil dan Angga tidak terlihat di pemancar. Mereka lalu jalan kembali ke Pos Tekelan. Peroleh info, ide dan insight di e-mail kamu.
Daftarkan e-mail Seterusnya sekitaran jam 14.00 WIB, kelompok pendaki ini dengar suara Inggil berteriak. "Hee saya tersesat (Hee saya tersesat)," kata Inggil. "Saya yo tersesat, baliyo munggah (saya salah jalan, kembalilah naik)," jawab Bayu, yang paling tua dari kelompok pendaki itu. Namun dari ajakan Bayu itu, Inggil tidak menjawab. Sementara cuaca disekitaran lokasi mereka salah jalan itu mulai berkabut. Menyaksikan cuaca yang tidak berteman, Bayu dan Faiz -peserta kelompok yang lain- usaha mengikuti suara Inggil, tetapi tidak diketemukan.
Ke-10 pendaki itu pada akhirnya putuskan kembali lagi ke arah pemancar, turun ke jalur Cuntel. Saat kelompok sampai di pos tiga, mereka menanti sekitaran satu jam dengan keinginan ke-2 partnernya yang ketinggalan akan berjumpa di pos itu. Namun ke-2 nya tidak segera tiba. Seterusnya beberapa pendaki ini meneruskan bersih-bersih dan menulis selembar surat yang ditempel di plang pos tiga.
Mereka mengharap ke-2 pendaki yang lenyap itu bisa membaca pesan mereka. Saat sebelum putuskan turun gunung lewat jalur pendakia Cuntel, satu kali lagi mereka panggil-mangil dari pos tiga namun tetap saja tidak ada jawaban. Komandan SAR Bumi Cocok, Giyarto benarkan ada catatan yang berada di basecamp Cuntel itu.
Dia menjelaskan operasi penelusuran dan pengamanan pada dua pendaki di Gunung Merbabu sampai Senin (15/5/2017) malam belum berbuah hasil. "Malam hari ini kita menanti perubahan informasi dari Kepolisian yang lakukan pencarian handphone punya survivor di tempat Klego, Boyolali," kata Giyarto, lewat jaringan telepon, Senin malam. Giyarto menerangkan, sekitar 40 sukarelawan dalam team SRU atau elemen SAR yang dioperasionalkan dalam aktivitas SAR dan ikuti penahapan operasi penelusuran dipisah jadi delapan barisan.
Sekarang ini, beberapa sukarelawan tengah istirahat rekondisi keadaan untuk meneruskan operasi pada Selasa (16/5/2017) pagi. Tetapi beberapa sukarelawan yang telah terbiasa, Senin malam hari ini masih tetap naik dan bermalam di pos dua dan pos tiga.
"Kita akan bersama esok pagi meneruskan penelusuran beberapa adik kita. Minta doanya mudah-mudahan esok dapat bertemu dan bergabung dengan keluarga kembali," sambungnya.