Sejarah Tugu Yudha Di Gunung Kerinci Yang Jarang Diketahui
Sekilas Tentang Tugu Yudha Di Gunung Kerinci - TUGU Yudha tentu sudah dikenal oleh mereka yang telah mendaki Gunung Kerinci. Nama tugu tersebut juga mungkin pernah didengar oleh para pendaki yang belum berkesempatan menapaki kaki di Atap Sumatera tersebut. Lalu, sebenarnya apa atau siapa itu Yudha?
Tugu Yudha ternyata adalah sebuah tugu dengan plakat yang dibuat untuk mengenang seorang pendaki muda yang hilang di tengah perjalanan. Dalam plakat tugu tersebut tertulis ‘Tempat berpisahnya saudara kami YUDHA SENTIKA, 23 Juni 1990'.
Pada saat itu Yudha Sentika baru berusia 17 tahun merupakan siswa penggiat alam yang terpisah dengan teman-temannya ketika turun dari Puncak Kerinci saat itu, kabut tebal menyelimuti perjalanan mereka di area ini Yudha terpisah menghilang, jasadnya pun tidak diketemukan sampai saat ini,” tulis salah seorang pendaki Kerinci di media sosial Instagramnya, @alfarabie91.
Hilangnya Yudha Sentika, membuat teman-temannya bergerak cepat meminta bantuan untuk melakukan pencarian.
Febby, salah satu teman pendaki langsung menemui kepala suku dan masyarakat yang berada di kaki Gunung Kerinci untuk menyampaikan informasi itu. Meski kondisi fisik terkuras setelah berjuang turun di tengah cuaca buruk.
Pendakian waktu itu dilakukan oleh tujuh orang, di antaranya Agus sebagai pemimpin, Sahut, Yudha Sentika, Hardi, Tio dan Indra. Mereka terpisah dengan Yudha di area tempat tugu yang didirikan.
"Pagi jam lima saya turun bersama Indra melapor ke bawah. Setelah melapor kepala suku terus melapor ke Jakarta menghubungi Mas Yoga (salah satu pendiri Elpala)," kata Febby dalam Podcast Elpala, Rabu (9/12).
Operasi Search and Rescue Unit (SAR) dari Elpala baru dilakukan ketika tim Jakarta tiba. Melalui koordinasi internal pencarian pun dimulai pada hari kedua.
Pendiri klub pencinta alam Elpala SMA 68 Jakarta Dar Edi Yoga menyampaikan, pihaknya telah menyiapkan segala perbekalan selama melakukan pencarian Yudha Sentika.
"Koordinasi pembentukan tim SAR kemudian untuk perbekalan, penggalangan dana untuk pengirim orang-orang. Saya urus logistiknya dan pemulangan teman-teman," ujar Yoga.
Koordinasi juga dilakukan dengan klub pencinta alam yang berada di wilayah Sumatera. Serta pemerintah daerah setempat untuk upaya pencarian teman mereka yang menghilang tersebut.
"Ketika di Jambi saya ketemu para pejabat daerah untuk koordinasi SAR. Pada saat dari tim kepolisian sudah mengirimkan SAR juga," jelasnya.
Ketika tim sudah disiapkan semuanya terbagi dalam enam kelompok Search and Rescue Unit (SRU). Mereka dibagi tugas, ada yang berjaga di bawah dan ada yang melakukan pencarian di titik pertemuan terakhir dengan Yudha.
"Jadi dari anggota kita untuk koordinasi di bawah itu kalau tidak salah Sahut. Empat orang lagi memimpin SRU untuk SAR," imbuh Febby.
Febby menuturkan, beberapa tahapan ketika melakukan operasi pencarian, dari penyusunan rencana, pembagian tugas dan menentukan titik terakhir menghilangnya Yudha.
"Koordinator di bawah dipimpin oleh Kak Bama. Jadi kita dibagi enam SRU. Kita menentukan titik puncak itu ke arah prediksi Yudha bisa berjalan," tutur Febby.
Adapun tempat yang menjadi kemungkinan Yudha berjalan menuju ke arah danau itu menunjukkan ke arah kanan dari puncak gunung.
"Kalau kita berdiri di puncak itu dikonsentrasikan ke sebelah kanan semua. Karena kita tidak mungkin ke kiri karena itu masuk kawah. Radius kanan itu sangat luas sampai ke arah danau," terangnya.
Setelah melakukan upaya pencarian hingga satu bulan mereka tidak menemukan adanya tanda-tanda keberadaan Yudha. Karenanya, operasi SAR pun akhirnya dihentikan.
"Itu keputusan bersama dari otoriras juga. SAR sudah tidak mungkin diteruskan mengingat peluang ditemukannya kecil. Hanya waktu itu ditemukan kupluk Yudha saja, pas dia terperosok," jelas Yoga.
"Semua SRU berangkat ke atas semua. Kita menyusuri gunung dari atas ke bawah. Kupluk itu ditemukannya sekitar tempat kita berpisah, tidak jauh dari situ. Hanya itu petunjuk kita," timpal Febby.
Tugu tersebut terkenal di kalangan pendaki Gunung Kerinci, karena sering dijadikan sebagai patokan jarak sebelum ke puncak Gunung Kerinci, Puncak Indrapura.
“Tugu Yudha, 30 menit sebelum mencapai Puncak Indrapura, yaitu puncak dari Gunung Kerinci. Setidaknya dengan tugu ini kita akan mengingat kembali arti sebuah hidup, betapa kecilnya kita dan berani menghadapi yang tanda tanya,” tulis Yanuar Chandra pemilik akun @sang_legendaris sambil mengutip kata-kata pecinta alam dan aktivis mahasiswa legendaris, Soe Hok Gie.
Begitu pentingnya pelajaran yang diberikan secara tidak tersurat oleh Yudha, membuat para pendaki selalu berusaha menghormati dan mendoakan Yudha, yang lahir pada 5 Februari 1973 tersebut.
“Sampai saat ini, kisah sosok Yudha dianggap sebagai guru bagi para pendaki. Sahabat yang pergi sebelum pesta usai, ‘Each fresh peak ascenden teaches something’” ujar Al Farabie. “Abadilah kawan bersama edelweiss dan cantigi di lereng-lereng kerinci,” pesan Yanuar.
Pesan dan pelajaran:
Berhentilah sejenak saat mendaki bila kita melihat kabut yang tebal usahakan jarak kita jangan terlalu jauh dari teman kita, karena jika dipaksakan berjalan bisa berakibat fatal.